Tuesday, January 29, 2013

SEJARAH ACEH MASIH MEMBEKAS DALAM MENGHADAPI BELANDA

Perang Aceh melawan belanda meletus dengan dahsyatnya pada tahun 1873, banyak korban yang tewas di pihak belanda serta keputusasaan karena perang yang tidak juga berakhir membuat belanda melaksanakan strategi baru dengan membentuk pasukan marsose. Semangat hikayat perang sabil dalam poh kaphe membuat rakyat aceh berlomba-lomba untuk melawan belanda dengan harapan akan mati syahit atau pahala syahit, dan tindakan inilah yang membuat pihak belanda tidak habis pikir dengan tindakan dan prilaku orang aceh yang di anggap gila.

Padahal belanda berharap dengan di bentuknya pasukan marsose akan membuat perlawanan rakyat aceh akan semakin pudar lalu menyerah, tapi malah sebaliknya. Akhirnya kerajaan belanda mengutus Dr.RH Kern penasehat pemerintah urusan kebumiputeraan untuk meneliti prilaku orang aceh sehari-hari apakah benar- benar gila. ternyata dari hasil penelitian yang di lakukan berbulan-bulan ternyata kesimpulan penilitian menunjukkan bahwa sifat membunuh orang aceh yang khas tersebut di lakukan oleh orang yang tidak terganggu jiwanya alias orang waras. Lalu apa yang melatar belakangi sehingga tindakan membunuh tersebut membuat takut belanda jawabannya adalah rasa dendam yang membara di hati orang aceh dengan berpegang prinsip tung bila harus di lakukan.

Friday, January 25, 2013

KUBURAN PO TEUMEUREHOM DAYA (SULTAN ALAIDDIN RIATSYAH)


 
Po Teumeurehom Daya (Sultan Alaiddin Riatsyah) adalah keturunan raja-raja Aceh yang terkenal pada abad 17. Pada setiap Hari Raya Idul Adha, di makam ini diadakan upacara "Seumeuleng" yaitu suatu upacara untuk memperingati Sultan Alaiddin Riatsyah (Po Teumeurehom Daya) yang dilaksanakan oleh keturunan keturunan beliau sampai sekarang. Seluruh masyarakat dari dalam maupun luar Kecamatan Jaya datang untuk menyaksikan upacara Seumuleueng itu, karena cukup unik dan tidak ada di daerah lain.

Sajian upacara tersebut terdiri dari makanan adat seperti Bu Yapan, Kuah Rayeuk, Takeeh U, Kuah Pengat dan lauk-pauk lainnya yang dimasak di Gampong Meunasah Rayeuk. Balai itu dibangun di kaki gunung yang tidak begitu jauh dengan kompleks makam Po Termeureuhom. Keturunan Po Teumeureuhom berkumpul di Balairung dengan memakai pakaian kebesaran dengan dominasi hitam, pakai tengkuluk, kain selempang yang panjangnya mencapai tiga meter lebih dan menggunakan sebilah pedang tanda kebesaran.

Thursday, January 17, 2013

KEINDAHAN WISATA ACEH SIMEULUE

 
Kabupaten Simeulue beribukota di Sinabang. Kabupaten Simeulue adalah Kepulauan yang berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, berdiri tegar di tengah Samudra Hindia, dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000. Wisata Pantai menjadi andalan daerah ini, karena pesona alam lautnya sangat indah.

Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Sinafang yang artinya senapan atau senjata api, di mana dulunya Sinabang menjadi markas serdadu kompeni Belanda. Sementara Sibigo ibukota kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.

Dalam satu dasa warsa terakhir hasil pulau Simeulue yang sangat terkenal adalah udang lobster (Udang Laut) yang cukup besar ukurannya dan telah diekspor ke luar daerah seperti Medan, Jakarta dan bahkan ke Luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Kabupaten ini juga terkenal dengan hasil cengkehnya.

* Pantai Ganting

Pantai berpasir putih yg landai ini sangat indah dan menawan, cocok untuk berenang, snorkling ataupun sekedar bersantai diakhir pekan. Alamat Lokasi : Desa Kuala Makmur, sekitar 11 km dari kota Sinabang, dapat dicapai dalam 30 menit. Merupakan wisata andalan daerah ini, karena panoramanya yg sangat indah dan menawan. Selalu ramai dikunjungi jika hari libur tiba, terutama oleh masyarakat sekitar, maupun dari luar daerah.

* Pantai Tunggul Indah

Pantai yang satu ini sangat eksotis, terutama disore hari bisa menikmati Sunset yg indah , Alamat Lokasi : Desa Busung, Kec.Seumeleu Timur, sekitar 12 km dari Kota Sinabang. Pantai Tunggul Indah memiliki keunikan tersendiri yaitu adanya karang-karang besar yang hadir setelah Gempa dan Tsunami pada Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten Simeulue dalam mendukung tempat wisata ini pada Tahun 2006 telah dilakukan Pemugaran, Pembuatan sarana tempat ibadah, tempat mandi dan Pada Tahun 2007 telah pula dibangun Jalan Setapak.
Cara Menuju Lokasi : menggunakan mobil, sepeda motor, ataupun angkutan umum lainnya.

* Lobster Simeulue (Seafood)

 
Makanan Seafood merupakan andalan daerah ini, berbagai macam jenis hidangan laut mudah ditemukan, terutama lobster, udang kipas, kepiting, cumi-cumi dan tentu saja ikan. Alamat Lokasi : Mudah didapatkan di rumah makan dan restoran diseputaran kota Sinabang. Hasil laut dari daerah ini memang sudah terkenal, bahkan untuk hasil laut seperti udang lobster dieksport hingga Malaysia dan Singapura. Bagi penggemar kuliner Seafood, daerah ini merupakan surga makanan tersebut. Berbagai jenis Lobster dapat ditemukan disini, antara lain Lobster mutiara yang merupakan jenis unggulan, juga ada jenis Lobster batu.
Cara Menuju Lokasi : Bisa menggunakan transportasi umum, kendaraan roda empat atau kendaraan roda dua.

Tuesday, January 15, 2013

SYECH MUDA WALY AL-KHALIDY ( ACEH )

 
Syech Muda Waly al-Khalidy An-Naqsyabandy Al-Asyiy atau lebih dikenal Syech Muda Waly Al khalidy dilahirkan di Desa Blang Poroh Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 1917. Beliau adalah putra bungsu dari Syech H. Muhammad Salim bin Malin Palito. Ayah beliau berasal dari Batu sangkar, Sumatra Barat. Beliau datang ke Aceh Selatan awalnya dengan maksud sebagai da’i. Sebelumnya, paman beliau yang masyhur dipanggil masyarakat Labuhan Haji dengan Tuanku Peulumat yang nama aslinya Syech Abdul Karim telah lebih dahulu menetap di Labuhan Haji.

Tak lama setelah Sheikh Muhammad salim menetap di Labuhan Haji, beliau dijodohkan dengan seorang wanita yang bernama Siti Janadat, putri seorang kepala desa yang bernama Keuchik Nya` Ujud yang berasal dari Desa Kota Palak, Kecamatan Labuhan Haji Aceh Selatan. Siti Janadat meninggal dunia pada saat melahirkan adik dari Syech Muda Waly. Beliau meninggal bersama bayinya. Syech Muhammad salim sangat menyayangi Syech Muda Wali melebihi saudaranya yang lain. Kemana saja beliau pergi mengajar dan berdakwah Syech Muda Waly selalu digendong oleh ayahnya. Mungkin Syech Muhammad Salim telah memiliki firasat bahwa suatu saat anaknya ini akan menjadi seorang ulama besar, apalagi pada saat Syech Muda Waly masih dalam kandungan, beliau bermimpi bulan purnama turun kedalam pangkuannya. Nama Syech Muda Waly pada waktu kecil adalah Muhammad Waly.

Perjalanan pendidikannya Syech Muda Waly belajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil tentang tauhid, fiqh, dan dasar ilmu Bahasa Arab kepada ayahnya. Di samping itu beliau juga masuk sekolah Volks-School yang didirikan oleh Belanda. Setelah tamat sekolah Volks School, beliau dimasukkan ke sebuah pesantren di Ibukota Labuhan Haji, Pesantren Jam’iah Al-Khairiyah yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Ali yang dikenal oleh masyarakat dengan panggilan Teungku Lampisang dari Aceh Besar sambil beliau sekolah di Vervolg School. Setelah lebih kurang 4 tahun beliau belajar di pesantren Al-Khairiyah beliau diantarkan oleh ayahnya ke pesantren Bustanul Huda di Ibukota Kecamatan Blangpidie. Sebuah pesantren Ahlussunnah wal jama’ah sama seperti Pesantren Al-Khairiyah, yang dipimpin oleh seorang ulama besar yang datang dari Aceh Besar, Syekh Mahmud. Di pesantren Bustanul Huda, barulah beliau mempelajari kitab-kitab yang masyhur di kalangan ulama Syafi’iyah seperti I’anatut Thalibin, Tahrir, dan Mahally dalam ilmu fiqh, Alfiyah dan Ibn ‘Aqil dalm ilmu Nahwu dan sharaf. Setelah beberapa tahun di Pesantren Bustanul Huda, terjadilah satu masalah antara beliau dengan gurunya, Teungku Syech Mahmud. Yaitu perbedaan perdapat antara beliau dengan gurunya tersebut tentang masalah berzikir dan bershalawat sesudah shalat di dalam masjid secara jahar.

Di kemudian harinya Syech Muda Waly ingin melanjutkan pendidikan ke pesantren lainnya di Aceh Besar, tetapi sebelumnya, ayah Syech Muda Waly, Haji Muhammad Salim meminta izin kepada Syech Mahmud, minta do’anya untuk dapat melanjutkan pendidikan ke pesantren lainya dan yang terpenting meminta maaf atas kelancangan Syech Muda Waly berbeda pendapat dengan gurunya dalam masalah tersebut. Berkali-kali beliau dan ayahnya meminta ma’af kepada Syech Mahmud tetapi beliau tidak menjawabnya. Pada akhirnya setelah beliau kembali dari Sumatra Barat dan Tanah suci, Makkah, maka timbuLlah kasus di Kecamatan Blangpidie. Ada seorang ulama dari kaum Muda dari PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang bernama Teungku Sufi, mendirikan Madrasah Islahul Umum di Susuh, Blangpidie, berda’wah dan membangkitkan masalah-masalah khilafiyah.

Setelah beberapa tahun belajar di Bustanul Huda, beliau mengungkapkan niatnya untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren di Aceh Besar kepada ayahnya. Syech Muda Waly berangkat ke Aceh Besar ditemani seorang temannya yang juga merupakan tamatan dari pesantren Bustanul Huda, namanya Teungku Salim, beliau merupakan seorang yang cerdas dan mampu membaca kitab-kitab agama dengan cepat dan lancar. Sesampainya di Banda Aceh, beliau berniat memasuki Pesantren di Krueng Kale yang dipimpin oleh Syekh H. Hasan Krueng Kale, ayahanda dari Syech H. Marhaban, menteri muda pertanian Indonesia pada masa Soekarno. Beliau sampai di Pesantren Krueng Kale pada pagi hari, pada saat syech Hasan Krueng Kale sedang mengajar kitab-kitab agama. Di antara kitab yang dibacakan adalah kitab Jauhar Maknun. Syech Muda Waly mengikuti pengajian tersebut. Sebelum Dhuhur selesailah pembacaan kitab tersebut, dengan kalimat terakhir Wa huwa hasbi wa ni’mal wakil. Setelah selesai pengajian Syech Muda Waly merasa bahwa syarahan-syarahan yang diberikan oleh Syech Hasan Krueng Kale tidak lebih dari pengetahuan yang beliau miliki dan apabila beliau membacakan kitab tersebut maka beliau juga akan sanggup menjelaskan seperti syarahan yang dipaparkan oleh Syech Hasan Basri. Walaupun demikian beliau tetap menganggap Syech Hasan Krueng Kale sebagai guru beliau. Bagi Syech Muda Waly, cukuplah sebagai bukti kebesaran Syech Hasan Krueng Kale, apabila guru beliau Syech Mahmud Blang Pidie adalah seorang alumnus Pesantren Kurueng Kale. Syech Muda Waly hanya satu hari di Pesantren krueng Kale. Beliau bersama Tengku Salim mencari pesantren lain untuk menambah ilmu. Akhirnya merekapun berpisah. Pada saat itu ada seorang ulama lain di Banda Aceh yaitu Syech Hasballah Indrapuri, beliau memiliki sebuah Dayah di Indrapuri. Pesantren ini lebih menonjol dalam ilmu Al-Qur’an yang berkaitan dengan qiraat dan lainnya. Syech Muda Waly merasakan bahwa pengetahuan beliau tentang ilmu Al-Qur’an masih kurang. Inilah yang mendorong beliau untuk memasuki Pesantren Indrapuri.

Thursday, January 10, 2013

MAKAM KERKHOFF BELANDA DI BANDA ACEH

 

Kuburan tentara ini adalah salah satu yang terluas di dunia. Sekitar 2.200 tentara termasuk empat orang jenderal dimakamkan di sini, di tanah tempat para pejuang Aceh yang sangat gigih melawan kolonialisme Belanda. Kuburan Kerkhoff merupakan pemakaman terbesar kedua tentara Belanda setelah yang pertama terbesar di Belanda. Kuburan Kerkhoff menjadi objek wisata menarik, khususnya bagi wisatawan mancanegara asal Belanda.

Pada masa pendudukan Hindia Belanda, Masjid Agung Baiturrahman dikuasai tentara Belanda. Namun, pada periode pertama perang tersebut pada tahun 1873-1874, masyarakat Aceh berhasil menahan serangan Belanda. Johan Harmen Rodolf Kohler yang merupakan jenderal Belanda yang memimpin Perang Aceh kemudian terbunuh dan dimakamkan di Kerkhoff, Banda Aceh. Banyak hal menarik dapat ditemui di kompleks pemakaman ini. Seperti kisah para prajurit semasa hidupnya sampai pada saat dikubur. Semuanya diceritakan sekilas pada batu nisan sehingga makam ini seolah-olah sedang bercerita tentang masa hidupnya.

Ada yang unik di tengah-tengah kuburan tentara Belanda itu, terdapat sebuah kuburan yang terpisah dari yang lainnya, yaitu kuburan Meurah Pupok, satu-satunya putra kesayangan Sultan Iskandar Muda. Meurah Pupok dihukum rajam oleh ayahnya sendiri Sultan Iskandar Muda karena berbuat zina. Meurah Pupok berbuat zina dengan istri seorang perwira muda yang menjadi pelatih dari angkatan perang Aceh, kemudian perwira tersebut melapor kepada Sultan Iskandar Muda untuk dilakukan penyelidikan. Akhirnya Meurah Pupok tertangkap dan dihukum rajam sampai mati oleh Sultan Iskandar Muda selaku ayahnya di depan umum, makam Kerkhoff tidak saja bukti nyata kepahlawanan rakyat Aceh melawan penjajah tetapi juga merupakan bukti nyata keadilan Sultan Iskandar Muda dalam menjunjung tinggi hukum di masa pemerintahannya.

Tuesday, January 8, 2013

TOWER AIR BELANDA ( MENARA AIR KERATON ACEH )


Menara Air Keraton, yang merupakan salah satu peninggalan Arsitektur Kolonial Belanda di jalan Abu Lam U Kota Banda Aceh. Menurut sejarah, perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan pendistribusian air bersih di kota Banda Aceh dirintis untuk pertama kalinya oleh Pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1904 dengan nama Geni Water Leding yang berlokasi di Keraton.

Pada tahun 1905 kegiatan produksi air bersih mulai berlangsung. Sumber air pada masa itu terletak di Glee Taron Mata ie. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penampungan dan penyaluran air yang di peruntukan bagi militer dan pengawas sipil pemerintah.

Saturday, January 5, 2013

RUMOH ADAT ACEH

Rumoh Aceh adalah rumah tradisional Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang miliki tinggi beragam sesuai dengan arsitektur si pembuatnya, namun pada kebiasaannya memiliki ketinggian sekitar 2,5 - 3 meter dari atas tanah. Terdiri dari tiga atau lima ruangan di dalamnya, untuk ruang utama sering disebut dengan rambat.

Memasuki pintu utama rumoh Aceh, kita akan berhadapan dengan beberapa anak tangga yang terbuat dari kayu pada umumnya. Untuk tingginya sendiri, pintu tersebut pasti lebih rendah dari tinggi orang dewasa. Biasanya tinggi pintu sekitar 120 - 150 cm dan membuat siapa pun yang masuk harus sedikit merunduk, konon makna dari merunduk ini menurut orang-orang tua adalah sebuah penghormatan kepada tuan rumah saat memasuki rumahnya, siapa pun dia tanpa peduli derajat dan kedudukannya. Selain itu juga, ada yang menganggap pintu rumoh Aceh sebagai hati orang Aceh. Hal ini terlihat dari bentuk fisik pintu tersebut yang memang sulit untuk memasukinya, namun begitu kita masuk akan begitu lapang dada disambut oleh tuan rumah.

Saat berada di ruang depan ini atau disebut juga dengan seuramoe keu/seuramoe reungeun, akan kita dapati ruangan yang begitu luas dan lapang, tanpa ada kursi dan meja. Jadi, setiap tamu yang datang akan dipersilahkan duduk secara lesehan atau bersila di atas tikar bak ngom (sejenis tumbuhan ilalang yang ada di rawa lalu diproses dan dianyam) serta dilapisi dengan tikar pandan.

Saat melihat rumoh Aceh, kita akan menjumpai terlebih dahulu dengan bagian bawahnya. Bagian bawah ini akrab disebut dengan yup moh/miyup moh, yakni bagian antara tanah dan lantai rumah. Lazimnya dibagian bawah ini bisa kita dapati berbagi benda, seperti jeungki (penumbuk padi) dan kroeng (tempat menyimpan padi). Tidak hanya itu, bagian yup moh juga sering difungsikan sebagai tempat bermain anak-anak, membuat kain songket Aceh yang dilakoni oleh kaum perempuan, bahkan bisa dijadikan sebagai kandang untuk peliharaan seperti ayam, itik, dan kambing.

Beranjak ke bagian dalam rumoh Aceh merupakan tempat dimana segala aktifitas tuan rumah, baik yang bersifat pribadi ataupun bersifat umum. Pada bagian ini, secara umum terdapat tiga ruangan, yaitu: ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang.

Ruangan depan atau disebut dengan seuramoe reungeun merupakan ruangan yang tidak berbilik (berkamar-kamar). Dalam sehari-hari ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur-tiduran anak laki-laki, dan tempat anak-anak belajar mengaji saat malam atau siang hari. Disaat-saat tertentu, seperti ada acara perkawinan atau acara kenduri, maka ruangan inilah yang menjadi tempat penjamuan tamu untuk makan bersama.

Ruangan tengah yang disebut dengan seuramoe teungoh merupakan bagian inti dari rumoh Aceh, maka dari itu banyak pula disebut sebagai rumoh inong (rumah induk). Sedikit perbedaan dengan ruang lain, dibagian ruangan ini terlihat lebih tinggi dari ruangan lainnya. Di ruangan ini pula akan kita dapati dua buah bilik atau kamar tidur yang terletak di kanan-kiri dengan posisi menghadap ke utara atau selatan dengan pintu yang menghadap ke belakang. Di antara kedua bilik itu terdapat pula gang yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Rumoh inong biasanya ditempat untuk tidur kepala keluarga, dan anjong untuk tempat tidur anak gadis.

Ruangan belakang disebut seuramoe likot yang memiliki tinggi lantai yang sama dengan seuramoe reuyeun, serta tidak mempunyai bilik atau sekat-sekat kamar. Fungsinya sering dipergunakan untuk dapur dan tempat makan bersama keluarga, selain itu juga dipergunakan sebagai ruang keluarga, baik untuk berbincang-bincang atau untuk melakukan kegiatan sehari-hari perempuan seperti menenun dan menyulam.

Namun, ada waktunya juga dapur sering dipisah dan malah berada di bagian belakang seuramoe likot. Sehingga ruang tersebut dengan rumoh dapu (dapur) sedikit lebih rendah lagi dibanding lantai seuramoe likot.

Setelah bagian bawah dan bagian dalam, kita lihat bagian atas dari rumoh Aceh. Tentunya bagian ini terletak di bagian atas seuramoe teungoh. Pada bagian tersebut sering diberi loteng yang memiliki fungsi untuk menyimpan barang-barang penting keluarga.
 

Thursday, January 3, 2013

SELAMAT DATANG DI MUSEUM TSUNAMI ACEH

 
Museum Tsunami Aceh, di Banda Aceh adalah sebuah museum yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk mengenang bencana gempa bumi tsunami aceh dan Samudra Hindia 26 Desember 2004, sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi.

* Desain Museum Tsnami Aceh.

Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Indonesia, Ridwan Kamil. Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius suku Aceh.

Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami. Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini. Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana semacam ini di masa depan, termasuk "bukit pengungsian" bagi pengunjung jika tsunami terjadi lagi.

Tuesday, January 1, 2013

SEULAWAH RI 001 ( ACEH )

Dakota RI-001 Seulawah adalah pesawat angkut pertama milik Republik Indonesia yang dibeli dari uang sumbangan rakyat Aceh. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia. Pesawat Seulawah RI-001 merupakan bukti nyata dukungan totalitas yang diberikan Aceh dalam proses persalinan republik ini. Seulawah RI-001 yang merupakan cikal bakal Garuda Indonesia Airways, merupakan instrumen paling penting dan efektif dalam tahap paling awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Di Hotel Atjeh, Banda Aceh, Presiden Soekarno angkat bicara, saya tidak akan makan malam ini, kalau dana untuk itu belum terkumpul. Saudagar dan tokoh masyarakat Aceh saling melirik, lalu, salah seorang dari mereka bangun. Namanya M Djoened Joesof, saya bersedia, sahut Djoened Joesof yang juga menjabat ketua Gasida. Selanjutnya menyusul kesediaan saudagar lainnya.

Adegan jamuan makan malam itu merupakan bagian penting dari episode keikhlasan rakyat Aceh mengumpulkan dana untuk pembelian pesawat terbang, dalam pidatonya di sebuah rapat akbar di Lapangan Blang Padang Banda Aceh. Keeseokan harinya, 17 Juni 1948, Soekarno menyatakan hal itu.” Kedatangan saya ke Aceh ini khusus untuk bertemu dengan rakyat Aceh, dan saya mengharapkan partisipasi yang sangat besar dari rakyat Aceh untuk menyelamatkan Republik Indonesia ini,” begitu katanya memohon kesediaan Rakyat Aceh untuk terus membantu Indonesia.

Ketika Soekarno mengakhiri kunjungannya di Aceh pada 20 juni 1948, dana yang terkumpul untuk pembelian pesawat itu berjumlah 120.000 dollar Singapura dan 20 kg emas. Dana tersebut dihimpun dari masyarakat Aceh oleh Panitia Dana Dakota (Dakota Found) di Aceh yang dipimpin HM Djoened Joesof dan said Muhammad Alhabsyi. Lalu berkat keikhlasan dan ketulusan rakyat Aceh itulah, terkumpul dana dan emas yang cukup untuk membeli pesawat Dakota. Pesawat sumbangan Aceh inilah yang kelak menjadi pesawat angkut pertama Indonesia dan menjadi cikal bakal lahirnya Garuda Indonesia Airways.

Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli sebuah pesawat Dakota dan menjadi pesawat angkut pertama yang dimiliki bangsa Indonesia, pesawat Dakota sumbangan dari rakyat Aceh itu kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah.