Saturday, November 1, 2014

KERAJAAN SAMUDERA PASEE (ACEH)

Kerajaan Samudera biasa juga di sebut samudera Pasee yang didirikan oleh raja Meurah Silu yang kemudian bergelar Maliku’s Shaleh. Adanya kerajaan ini dibuktikan adanya batu nisan di atas makamnya di Blang Me yang disebutkan mangkatnya pada tahun 697 H bertepatan 1297 M. Kerajaan ini kemudian diwariskan kepada putranya yang pertama bernama Sultan Malikul Zahir.

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama.

Malik Al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia. Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera Pasee merupakan gabungan dari Kerajaan Pasee dan Peurlak, dengan raja pertama Malik Al-Saleh.

Seorang pengembara Muslim dari Maghribi, Ibnu Bathutah sempat mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasee mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. 

Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasee juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh. Adapun silsilahnya adalah sebagai berikut:

Sultan Malik al-Saleh (1267 M – 1297 M)
Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297 M – 1326 M)
Sultan Ahmad Laidkudzahi (1326 M – 1383 M)
Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383 M – 1405 M)
Sultan Shalahuddin (1405 M – 1412 M)
Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M.

Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:

a. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i

b. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh

c. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama

d. Biaya pendidikan bersumber dari negara. (Zuhairini, et.al., 2000: 136)

Pada zaman kerajaan Samudra Pasee mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”. (M. Ibrahim, et.al, 1991: 61)

Menurut Ibnu Batutah juga, Pasee pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqah. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.

Dari keterangan Ibnu Batutah di sebutkan bahwa kerajaan ini telah mengadakan kontak kerja secara luas baik dengan Tiongkok maupun India. Pada zaman Malikus Shaleh hingga pertualangan Ibnu Batutah, Pase telah bangkit dengan cepat dan baik dalam kehidupan perokonomiannya dan perkembangan Islam pertama di kepulauan Nusantara.