Memasuki hari-hari besar Islam,
Aceh yang dikenal sebagai kota yang menerapkan budaya Syariat Islam dalam
kehidupan bermasyarakatnya memiliki satu tradisi dalam budaya Aceh yang disebut
“Meugang”. yang didalamnya terdapat nilai-nilai dalam menghormati datangnya
hari-hari besar Islam, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Fenomena Meugang adalah sebuah
tradisi unik Masyarakat Aceh dari turun temurun sejak kesultanan Aceh dahulu,
dimana dua hari menjelang puasa masyarakat beramai-ramai ke pasar untuk membeli
daging lembu, kerbau, kambing dan juga tidak sedikit yang membeli daging
ayam.
Tradisi Meugang juga dikenal dalam
berbagai sebutan, seperti Makmeugang, Memeugang, Haghi
Mamagang, Uroe Meugang, Uroe Keumeukoh adalah sebuah
rangkaian aktivitas dalam membeli, mengolah dan menyantap daging lembu. Meugang
biasanya dilakukan 3x dalam setahun yaitu saat 2 hari menjelang bulan
Ramadhan, 2 hari menjelang hari raya Idul Fitri dan 2 hari menjelang hari raya
Idul Adha.
Tradisi Meugang ini sudah ada
sejak penyebaran agama Islam di Aceh. Tradisi Meugang sesuai dengan anjuran
agama Islam untuk menyambut bulan Ramadhan secara meriah, begitu juga dengan 2
hari raya lainnya. Jika pada hari-hari biasa masyarakat Aceh umumnya
mengkonsumsi makanan dari sungai dan laut, maka menyambut hari Meugang merasa
daging lembu lah yang pantas untuk dihidangkan. Tradisi Meugang ini dulunya
merupakan suatu cara dalam bersedekah kepada fakir miskin dengan membagikan
daging kepada mereka-mereka yang kurang mampu.
Kesimpulannya, tradisi Meugang ini
telah jelas menunjukan bagaimana rakyat Aceh mengapresiasikan datangnya
hari besar Islam. Tradisi ini juga mampu mempererat relasi sosial dan
kekerabatan antar warga. Karena faktanya pada hari istimewa tersebut, rakyat
Aceh disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk memperoleh daging, memasak dan
menikmatinya secara bersama-sama.
No comments:
Post a Comment