* Budaya
Aceh memiliki budaya yang relatif tinggi. Kebudayaan ini pada dasarnya diwarnai ajaran Agama Islam, namun demikian pengaruh Agama Hindu yang telah berurat berakar sebelum masuknya Islam masih
Aceh memiliki budaya yang relatif tinggi. Kebudayaan ini pada dasarnya diwarnai ajaran Agama Islam, namun demikian pengaruh Agama Hindu yang telah berurat berakar sebelum masuknya Islam masih
tetap
berpengaruh. Hal ini terlihat baik dalam adat istiadat, kesenian maupun
kehidupan sehari-hari. Kesenian tradisional Aceh mempunyai identitas
yang religius, komunal, demokratik dan heroik. Kesusastraan Aceh ada
dalam bahasa Aceh dan Melayu (jawi) sementara bahasa Arab baik kata
maupun ibaratnya banyak sekali mempengaruhi Kesusastraaan Aceh.
Pakaian sehari-hari di Aceh sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Kalalu wanita diwajibkan menutup aurat: dibawah kaki hingga tumit, lengan badan dan rambut. Di zaman dahulu, kaum wanita biasanya memakai celana panjang, akan tetapi oleh karena pergantian masa keadaan ini telah berubah. Dewasa ini, orang Aceh lebih suka memakai kain sarung dan blus batik, namun masih dalam keadaan tertutup aurat. Wisatawan jelas akan menjaga norma-norma di daerah ini. Pada saat bulan Ramadhan dan hari Jum'at akan nampak tanda-tanda Keislaman yang kuat. Selama bulan Ramadhan semua orang dewasa diharuskan berpuasa, tetapi tanpa menghambat aktivitas sehari-hari. Dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari, masyarakat menahan diri dari makan, minum dan merokok. Bagi non muslim yang ingin mencari makanan biasanya dapat dijumpai tempat-tempat tertentu yang diizinkan menjualnya, tanpa menganggu orang-orang yang berpuasa. Namun, restoran-restoran biasanya ditutup pada siang hari selama bulan puasa. Pada hari Jum'at, kaum pria maupun anak-anak pergi ke mesjid guna melaksanakan shalat karena hari tersebut merupakan hari paling mulia. Kantor-kantor dan pertokoan ditutup selama shalat Jum'at dilaksanakan.
Tata krama kehidupan masyrakat merupakan hal yang sangat penting, orang asing atau orang pendatang masuk ke suatu kampong, misalnya harus mematuhi peraturan tersebut paling tidak kepala kampong tahu atas kehadiran mereka. Lebih baik lagi, mereka dapat memperkenalkan dirinya dan saling berkenalan dengan yang lain. Apabila dua orang bertemu, mereka saling menyapa dengan mengucapkan "Assalaamu'alaikum", dengan jawaban "Walaikum Salam". Orang pertama memberikan salam kepada yang lain biasanya berjabat tangan.
* Agama
Penduduk yang mendiami wilayah Aceh keturunan dari bebagai suku bangsa dan etnis. Di samping itu terdapat pula berbagai tipe antara lain seperti Arab, Cina, Eropa, India. Sedangkan penduduk asli suku Aceh diperkirakan keturunan Melayu tua yang berasal dari Champa, kocincina dan Kamboja. Karena kedatangan Melayu muda dengan tingkat kebudayaan yang dapat dikatakan sudah tinggi pada waktu itu menyebabkan penduduk asli menyingkir pindah ke pedalaman. Orang-orang ini sekarang dikenal sebagai orang Gayo Aceh Tengah, dan alas di Aceh Tenggara.
Dari beberapa pertunjuk kegiatan Pelayaran di lautan memperlihatkan bahwa orang Aceh telah lama melakukan kontak internasional dengan dunia luar terutama sekali dengan Raja Cina yang berlangsung lama. Beberapa hadiah dari Raja masih ditemui di Aceh sekarang. Penduduk Aceh asli seluruhnya menganut agama Islam. Pemeluk agama lain seperti, Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan lain-lain hanya pendatang dari daerah lain atau Cina turunan dan orang asing. Secara keseluruhan jumlah yang menganut agama lain tidak lebih dari 4% dari jumlah penduduk. Sebagai pemeluk agama Islam masyarakat Aceh menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari bahkan adat istiadat pun banyak bersumber dari Islam. Oleh sebab itu Aceh dikenal dengan julukan Serambi Mekkah. Pemberian nama ini berkaitan dengan masuknya Agama Islam pertama ke Indonesia dari Mekah melalui Aceh. Kerajaan Islam pertama di nusantara terdapat di Aceh dan umat islam dari daerah-daerah lain yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekah melalui Aceh. Aceh menjadi tempat singgahan/transit waktu pergi dan pulang menunaikan ibadah haji.
Dalam percakapan sehari-hari masyarakat Aceh biasanya berbicara bahasa Aceh dan Indonesia meskipun di Ibu Kota, selain bahasa Aceh dan Indonesia ada beberapa dialek yang berbeda dalam penggunaan bahasa, di wilayah barat dan selatan dialek seperti Minang sedangkan dikuala simpang di daerah Melayu. Di Aceh Tengah berbahasa Gayo sementara di Aceh Tenggara orang berdialek Alas. Di beberapa tempat lain ditemui bahasa/dialek setempat.
Provinsi Aceh atau yang lebih dikenal dengan Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll.
Penting bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan Provinsi Aceh ini termasuk baju adat daerahnya. Berikut ini akan dijelaskan Baju adat daerah Aceh.
* Baju Adat Tradisional Pria Aceh :
- Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman keemasan menghiasi krah baju.
- Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut CEKAK MUSANG.
- Kain sarung ( IJA LAMGUGAP ) dilipat di pinggang berkesan gagah. Kain sarung ini terbuat dari sutra yang disongket.
- Sebilah rencong atau SIWAH berkepala emas / perak dan berhiaskan permata diselipkan di ikat pinggang.
- Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP.
- Tutup kepala ini dililit oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas. TANGKULOK ini terbuat dari kain tenunan. TOMPOK ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia.
* Baju Adat Wanita Aceh :
- Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.
- Celana cekak musang dan sarung ( IJA PINGGANG ) bercorak yang dilipat sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
- Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING) berwarna emas.
- Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak bunga.
Pakaian sehari-hari di Aceh sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Kalalu wanita diwajibkan menutup aurat: dibawah kaki hingga tumit, lengan badan dan rambut. Di zaman dahulu, kaum wanita biasanya memakai celana panjang, akan tetapi oleh karena pergantian masa keadaan ini telah berubah. Dewasa ini, orang Aceh lebih suka memakai kain sarung dan blus batik, namun masih dalam keadaan tertutup aurat. Wisatawan jelas akan menjaga norma-norma di daerah ini. Pada saat bulan Ramadhan dan hari Jum'at akan nampak tanda-tanda Keislaman yang kuat. Selama bulan Ramadhan semua orang dewasa diharuskan berpuasa, tetapi tanpa menghambat aktivitas sehari-hari. Dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari, masyarakat menahan diri dari makan, minum dan merokok. Bagi non muslim yang ingin mencari makanan biasanya dapat dijumpai tempat-tempat tertentu yang diizinkan menjualnya, tanpa menganggu orang-orang yang berpuasa. Namun, restoran-restoran biasanya ditutup pada siang hari selama bulan puasa. Pada hari Jum'at, kaum pria maupun anak-anak pergi ke mesjid guna melaksanakan shalat karena hari tersebut merupakan hari paling mulia. Kantor-kantor dan pertokoan ditutup selama shalat Jum'at dilaksanakan.
Tata krama kehidupan masyrakat merupakan hal yang sangat penting, orang asing atau orang pendatang masuk ke suatu kampong, misalnya harus mematuhi peraturan tersebut paling tidak kepala kampong tahu atas kehadiran mereka. Lebih baik lagi, mereka dapat memperkenalkan dirinya dan saling berkenalan dengan yang lain. Apabila dua orang bertemu, mereka saling menyapa dengan mengucapkan "Assalaamu'alaikum", dengan jawaban "Walaikum Salam". Orang pertama memberikan salam kepada yang lain biasanya berjabat tangan.
* Agama
Penduduk yang mendiami wilayah Aceh keturunan dari bebagai suku bangsa dan etnis. Di samping itu terdapat pula berbagai tipe antara lain seperti Arab, Cina, Eropa, India. Sedangkan penduduk asli suku Aceh diperkirakan keturunan Melayu tua yang berasal dari Champa, kocincina dan Kamboja. Karena kedatangan Melayu muda dengan tingkat kebudayaan yang dapat dikatakan sudah tinggi pada waktu itu menyebabkan penduduk asli menyingkir pindah ke pedalaman. Orang-orang ini sekarang dikenal sebagai orang Gayo Aceh Tengah, dan alas di Aceh Tenggara.
Dari beberapa pertunjuk kegiatan Pelayaran di lautan memperlihatkan bahwa orang Aceh telah lama melakukan kontak internasional dengan dunia luar terutama sekali dengan Raja Cina yang berlangsung lama. Beberapa hadiah dari Raja masih ditemui di Aceh sekarang. Penduduk Aceh asli seluruhnya menganut agama Islam. Pemeluk agama lain seperti, Protestan, Katolik, Budha, Hindu, dan lain-lain hanya pendatang dari daerah lain atau Cina turunan dan orang asing. Secara keseluruhan jumlah yang menganut agama lain tidak lebih dari 4% dari jumlah penduduk. Sebagai pemeluk agama Islam masyarakat Aceh menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari bahkan adat istiadat pun banyak bersumber dari Islam. Oleh sebab itu Aceh dikenal dengan julukan Serambi Mekkah. Pemberian nama ini berkaitan dengan masuknya Agama Islam pertama ke Indonesia dari Mekah melalui Aceh. Kerajaan Islam pertama di nusantara terdapat di Aceh dan umat islam dari daerah-daerah lain yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekah melalui Aceh. Aceh menjadi tempat singgahan/transit waktu pergi dan pulang menunaikan ibadah haji.
Dalam percakapan sehari-hari masyarakat Aceh biasanya berbicara bahasa Aceh dan Indonesia meskipun di Ibu Kota, selain bahasa Aceh dan Indonesia ada beberapa dialek yang berbeda dalam penggunaan bahasa, di wilayah barat dan selatan dialek seperti Minang sedangkan dikuala simpang di daerah Melayu. Di Aceh Tengah berbahasa Gayo sementara di Aceh Tenggara orang berdialek Alas. Di beberapa tempat lain ditemui bahasa/dialek setempat.
Provinsi Aceh atau yang lebih dikenal dengan Serambi Mekah mempunyai kekayaan budaya yang banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Provinsi yang pusat pemerintahannya berada di Banda Aceh ini telah melahirkan beberapa Pahlawan Nasional yang jasa dan namanya masih terus dikenang hingga saat ini, seperti : Cut Nyak Dhien, Cik Ditiro, Cut Nyak Meutia, dll.
Penting bagi kita untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan Provinsi Aceh ini termasuk baju adat daerahnya. Berikut ini akan dijelaskan Baju adat daerah Aceh.
* Baju Adat Tradisional Pria Aceh :
- Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman keemasan menghiasi krah baju.
- Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut CEKAK MUSANG.
- Kain sarung ( IJA LAMGUGAP ) dilipat di pinggang berkesan gagah. Kain sarung ini terbuat dari sutra yang disongket.
- Sebilah rencong atau SIWAH berkepala emas / perak dan berhiaskan permata diselipkan di ikat pinggang.
- Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP.
- Tutup kepala ini dililit oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas. TANGKULOK ini terbuat dari kain tenunan. TOMPOK ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia.
* Baju Adat Wanita Aceh :
- Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya sangat unik menyerupai krah baju khas china.
- Celana cekak musang dan sarung ( IJA PINGGANG ) bercorak yang dilipat sampai lutut. Corak pada sarung ini bersulam emas.
- Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING) berwarna emas.
- Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan hiasan kecil bercorak bunga.
No comments:
Post a Comment